Ketika ditanya peran teknologi untuk dunia pendidikan, Miss Nora, sapaan akrab Guru Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Regina Pacis, menyatakan bahwa teknologi adalah fasilitas dan bersifat netral. Teknologi memang hanya alat bantu untuk kegiatan belajar mengajar. JIka tidak diimbangi dengan ide dan kompetensi guru, hasilnya akan sama saja. Lalu, apa saja metode yang dipraktiikan Ms. Nora?
Jka guru hanya mempraktikkan skenario pembelajaran yang itu-itu saja, anak-anak akan bosan. Guru, seperti Ms. Nora, dituntut untuk kreatif. Misalnya, di kelas. Di pelajarannya, misalnya, Ms. Nora membimbing murid menambah vocabulary dan grammar dengan bermain fill in the blanks. Tugas murid adalah melengkapi kalimat dengan kata yang sengaja dihilangkan. Agar lebih seru, Ms. Nora biasanya memilih lirik lagu sebagai soal yang ia berikan. Anak diberikan kertas, lalu mengisi kata yang hilang di lembar tersebut. Ini merupakan strategi Ms. Nora menggabungkan trend dan edukasi.
Sumber: Google Form Miss Nora
Ketika pembelajaran jarak jauh (PJJ), Ms. Nora harus memodifkasi kegiatan belajar ini. Ia tidak bisa lagi menggunakan kertas. Awalnya ia bingung. Mengatasi ini, Ms. Nora membuat video cover dengan lirik yang sengaja dihilangkan. Untuk mengisi kata yang hilang, murid menjawab melalui kuesioner online (ia buat dengan Google Form). Modifikasi ini juga memiliki nilai tambah dari prosedur aslinya, yaitu meningkatkan kemapuan listening murid. Mereka cukup antusias jika belajar dengan bermain-main seperti ini.
Permainan lain yang ia rancang dalam pembelajaran adalah membuat drama. Biasanya, ketika belajar melalui tatap muka, murid memntaskan dramanya di kelas. Di PJJ, murid membuat video di rumah masing-masing, sesuai dengan bagian peran mereka. Potongan video tiap murid diedit menjadi satu film.
Drama yang mereka persembahkan bertema dongeng dan hikayat nusantara. Salah satunya berjudul Banyuwangi. Skenario ini tidak hanya mengasah kemampuan bahasa inggris mereka, tapi juga public speaking, ekspresi emosi, menghayati nilai dan budaya nasional, dan keterampilan shooting-editing film.
Pertama, keterampilan public speaking. Melalui tokoh yang mereka perankan, murid harus bisa mengucapkan dialog dengan lancar dan meyakinkan. Kedua, ekspresi. Murid harus menghayati karakter tokoh yang mereka perankan. Mereka harus menampilkan emosi karakter mereka: sedih, gembira, kecewa, dan lain-lain. Semakin akurat ekspresi emosi ini ditampilkan, semakin berhasil cerita dramanya secara keseluruhan. Ketiga, mengenal budaya dan nilai nasional. Setiap tokoh dalam drama ini mencerminkan nilai dan budaya. Murid harus menemukan nilai dan budaya yang dicerminkan tokoh yang mereka perankan, agar kenusantaraan tokoh tersebut tercermin dalam akting murid. Terakhir, keterampilan shooting dan editing. Keterampilan kreasi media sangat relevan dengan perkembangan jaman sekarang, baik dengan adanya PJJ atau tanpa PJJ. Dengan melakukan shooting dan editing mandiri, murid jadi mengerti teknik dan tantangan-tantangan dalam menjahit potongan video yang diambil terpisah dan dijahit menjadi satu rangkai video yang terasa utuh.
PJJ tidak menghalangi Ms. Nora membuat variasi skenario pembelajaran. Pengembangan keterampilan murid pun tidak terbatasi karena tidak ada tatap muka. Ini karena Ms. Nora dan rekan-rekan guru SMP Regina Pacis mengadopsi teknologi dalam pembelajaran sejak Januari tahun 2019 lalu. Adopsi teknologi ini membantu SMP Regina Pacis beradaptasi dengan praktik PJJ. Guru dapat menggunakan teknologi dengan berbagai cara yang dapat meminimalkan kesulitan belajar yang tidak lagi tatap muka. Di kelas pun, Ms. Nora tidak menyangka murid-muridnya bisa tetap antusias dan mengerjakan tugas dengan sangat kreatif.
Ingin kreatif dalam membuat skenario pembelajaran seperti Ms. Nora? Segera konsultasikan bersama kami.
Praktikum Biologi Lebih Menyenangkan dengan Aplikasi Virtual Live