“Kami ingin nantinya pembelajaran di sekolah kami menjadi (lebih) menyenangkan dan inovatif”
Ini adalah pernyataan paling sering diungkapkan para kepala sekolah ketika mengikuti sesi konsultasi visi-misi adopsi teknologi. Intuisi para kepala sekolah ini sangat tepat. Dengan teknologi, pembelajaran dapat menjadi (lebih) menyenangkan. Namun, “menyenangkan” bukan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan potensi pembelajaran yang bisa dicapai dengan memanfaatkan teknologi. Pada artikel ini, kita akan membahas makna “menyenangkan” yang sebenarnya (kita simpan pembahasan “inovatif” untuk kesempatan lain) dan menutupkan dengan uraian pendek tentang peran teknologi di dalamnya.
Dalam kajian psikologi, “pembelajaran yang menyenangkan” dikaitkan dengan konsep motivasi belajar (motivation to learn). Salah satu target keberhasilan pembelajaran adalah terbentuknya motivasi belajar pada murid, bukan pembelajaran yang menyenangkan. Apa bedanya? Jika skenario KBM berhasil menumbuhkan motivasi belajar, proses belajar pasti menyenangkan bagi murid. Tapi proses pembelajaran yang menyenangkan belum tentu menumbuhkan motivasi belajar. Mengapa motivasi belajar penting? Karena motivasi belajar adalah prasyarat keberhasilan student-centered learning.
Apa itu motivasi belajar?
Pengertian motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat mengarahkan, mendorong, dan mempertahankan tingkah laku belajar. “Segala sesuatu” berarti stimulus apapun yang tersedia di lingkungan belajar: materi ajar dari guru, materi ajar dari internet, sikap guru terhadap upaya dan hasil belajar murid, sikap orang tua terhadap upaya dan hasil belajar murid, umpan balik, pujian, dan lain-lain.. Semua stimulus ini berpotensi untuk mengarahkan, mendorong, dan mempertahankan murid untuk belajar. Guru perlu tahu stimulus apa yang tersedia, yang dapat ia produksi, dan bagaimana memanfaatkan stimulus-stimulus tersebut (untuk mengarahkan, mendorong, atau mempertahankan). Memahami bagaimana menumbuhkan motivasi belajar pada murid merupakan soft skills yang sangat penting untuk menjadi prioritas guru dan pemimpin sekolah.
Bagaimana menumbuhkan motivasi belajar?
Motivasi belajar bersifat intrinsik, yaitu motivasi yang sumbernya dari dalam diri murid sendiri, berupa rasa percaya bahwa jika ia belajar, ia akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Sebelum menjadi motivasi yang intrinsik, sayangnya, belajar perlu dimotivasi oleh stimulus dari luar dirinya (ini disebut motivasi ekstrinsik). Inilah kekeliruan utama tentang ide “belajar yang menyenangkan”. “Pembelajaran menyenangkan” bisa dicapai cukup dengan memberikan stimulus eksternal (pujian, nilai tinggi, umpan balik).
Untuk membentuk motivasi intrinsik, murid (pembelajar) harus lebih dulu mengalami motivasi ekstrinsik ini secara konsisten. Konsisten artinya: guru yang sama secara konsisten memberikan stimulus tersebut, guru lain juga konsisten memberikan stimulus yang serupa, bahkan stimulus tersebut juga ia dapat di rumah dari orang tuanya. Stimulus (motivasi ekstrinsik) apa saja yang dapat guru dan orang tua berikan? Utamakan penghargaan terhadap usaha anak dalam belajar (bukan hanya nilai akhirnya) dan otentisitas-orisinalitas anak dalam belajar (strategi belajar, topik minat, dll).
Setiap guru sudah memberikan motivator ekstrinsik pada murid. Jika orang tua dan guru konsisten memberikan ini, motivasi intrinsik akan tumbuh. JIka motivasi intrinsik sudah tumbuh, motivasi belajar sudah terbentuk. Apa tandanya motivasi belajar sudah tumbuh? Ketika kapan pun ada kesempatan belajar sesuatu, ia bersemangat. Seperti yang diharapkan pemimpin di awal pembekalan adopsi teknologi, “pembelajaran yang menyenangkan” akan tercapai, bahkan lebih.
Apa hubungan motivasi belajar dengan student-centered learning dan adopsi teknologi?
Student-centered learning tetap bisa diselenggarakan tanpa murid sudah memiliki motivasi belajar. Namun demikian, motivasi belajar membuat student-centered learning akan bersambung (sustainable), di mata pelajaran apapun, di jenjang studi apapun. Apa peran teknologi dalam semua in? Meningkatkan kuantitas dan kualitas stimulus ekstrinsik. Meningkatkan kuantitas dan kualitas stimulus ekstrinsik akan mempercepat tercapainya motivasi belajar pada murid.
Menumbuhkan motivasi belajar hanya bisa melalui upaya bersama dan terkoordinasi. Jadikan ini sebagai agenda resmi pengembangan sekolah anda bersama tim guru anda. Selamat merencanakan.
Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa melalui Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran
Bikin Momen Ujian Jadi Lebih Seru dengan Metode Gamification
Tiga Langkah Pasti Jadikan Belajar di Rumah Lebih Menyenangkan