Tahun Ajaran 2021/2022 harus menjadi tahunnya student-centered learning

Per awal Tahun Ajaran 2021/2022, sekolah sudah akan mempraktikkan pembelajaran jarak jauh selama 15 bulan. Praktik Pembelajaran Jarak Jauh ini berjalan secara learning by doing oleh sekolah. Guru mempraktikkan pembelajaran jarak jauh dengan teknologi dengan hanya pembekalan singkat (atau bahkan tanpa pembekalan sama sekali). Praktik ini terntu berdampak terhadap kualitas proses dan hasil pembalajaran di sisi murid.

Apapun yang terjadi, kita tentunya beraspirasi agar pembelajaran di Tahun Ajar 2021/2022 akan lebih baik (atau jauh lebih baik). Dengan masih berlangsungnya pandemi, teknologi masih tetap menjadi alat bantu belajar utama kita. Untuk itu kita perlu memutuskan standar memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas proses dan pembelajaran selanjutnya.

Empat prinsip student-centered learning

Tahun Ajaran ini, sekolah perlu menetapkan bahwa  bahwa pembelajaran harus mempraktikkan pendekatan student-centered learning. Satu-satunya cara penggunaan teknologi memberikan dampak signifikan terhadap pembelajaran adalah jika teknologi digunakan untuk proses student-centered learning. Kita sudah melihat sendiri bagaimana pemanfaatan teknologi yang teacher-centered bukan saja tidak efektif, tapi bahkan kontra efektif.

Ada banyak sekali metode student-centered learning learning: flipped learning, collaborative learning, project-based learning, self-regulated learning, dan lain-lain. Guru tidak perlu pusing dengan beragam pilihan ini. Setiap metode student-centered learning mempraktikkan empat prinsip ini: (1) Guru menyiapkan materi ajar yang fokus pada sasaran pembelajaran dan membantu kesulitan murid memahami materi; (2) Murid mendapatkan panduan yang konkret (dan detil) proses belajar yang akan membantu memahami materi; (3) Murid mendapatkan panduan yang konkret bagaimana cara mendemonstrasikan pemahaman mereka, dan; (4) Guru (dan orang dewasa lainnya) merayakan proses dan  hasil belajar murid. Keempat prinsip ini kita sebut sebagai MBDR (Materi, Belajar, Demonstrasi, dan Perayaan).  Mari kita bahas satu per satu.

Prinsip 1: Materi Ajar

Sediakan materi ajar yang dibutuhkan oleh murid. Guru perlu membuat materi ajar yang fokus ke: (1) kompetensi sasaran pembelajaran, dan; dan (2) kebutuhan murid. Kemampuan kognitif tingkat apa yang harus dicapai murid (lihat Taksonomi Bloom). Subtopik apa yang menjadi paling sulit dipahami murid (dan apa proses berpikir yang harus dipraktikkan murid agar bisa mengatasi kesulitan tersebut). Dengan demikian, tugas mandiri seperti apa yang cocok untuk mereka, dan bagaimana rancangan instruksinya agar murid dapat mempelajari materinya secara mandiri. Guru tidak perlu terdistraksi membuat, misalnya, video  untuk semua topik ajarnya. Guru juga tidak perlu membuat materi ajar, misalnya, video yang tampilan teknisnya menyaingi video-video pembelajaran kelas industri. Ingat kembali, Guru cukup membuat materi ajar yang membantu murid di kelasnya.

Prinsip 2: Belajar 

Materi ajar yang dibuat guru adalah stimulus untuk memicu murid “belajar” dan “mendemonstrasikan” pemahamannya. Dalam student-centered learning, instruksi guru harus konkret. Tingkah laku apa yang disebut sebagai belajar dalam topik tersebut: Membaca dalam hati? Membaca lantang? Mewawancara orang tua? Menggambar diagram? Mengerjakan soal latihan (harus benar minimal 15 dari 20 soal?) Membuat video refleksi?

Prinsip 3: Demonstrasi

Setelah melalui proses ‘belajar’, rinci dengan jelas prosedur standar murid membuktikan bahwa ia sudah paham: presentasi kepada orang tua, presentasi kepada teman kelompok, presentasi kepada guru. Apa bentuk bukti (presentasinya): Mindmap? Video presentasi? Blog? Hati-hati dalam langkah ini. Guru harus bisa fokus terhadap tingkat pemahaman murid, jangan terdistraksi dengan hanya kreativitas presentasi murid. Jadi guru perlu menyiapkan kriteria penilaian. Lebih baik lagi, kriteria penilaian tersebut sudah disertakan sejak menyampaikan Materi.

Prinsip 4: Perayaan

Ini adalah bagian yang sangat penting untuk menjamin apakah murid akan mau melanjutkan proses student-centered learning-nya. Ingat bahwa menyimak materi, mempraktikkan belajar, dan membuat demonstrasi menuntut murid untuk memberikan upaya sangat ekstra. Jadi, guru harus memberikan penghargaan terhadap proses dan hasilnya. Tidak cukup dengan hanya memberikan nilai. Berikan penghargaan terhadap keberanian mereka untuk mencoba, semangati mereka ketika mereka salah (coba lagi!), jelaskan detil mengapa tugas mereka dianggap baik, dan jika perlu ajak warga sekolah (guru lain, pemimpin sekolah, dan semua orang tua) memberikan selamat dan semangat terhadap hasil belajar mereka.

Selama guru mempraktikkan keempat prinsip ini, skenario KBM Guru pasti akan mencerminkan student-centered learning. Sebaliknya, student-centered learning tidak akan bisa berjalan, apalagi bertahan, jika guru tidak mempraktikkan keempat prinsip ini.

Selamat mencoba.

Apa itu Student-Centered Learning, Blended Learning, dan Flipped Learning

Menumbuhkan Motivasi Belajar Murid

Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa melalui Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran