Digitalisasi mengubah banyak sisi kehidupan, termasuk pendidikan. Salah satu bentuknya adalah platform pendidikan online yang memudahkan setiap orang menimba ilmu.

Ini kisah sepuluh tahun lalu, ketika teknologi digital belum berkembang sepesat saat ini. Internet sudah dikenal sebagai gudang informasi, yang menawarkan kemudahan akses kapanpun dan dari manapun. Di masa itu, sudah ada Wikipedia. Meski sudah ada cukup banyak media sosial, namun banyak orang masih rajin menuangkan ide, pendapat, dan pengetahuannya—termasuk curhat—di blog. Blogwalking masih menjadi sebuah hobi yang rajin dilakukan oleh para pengguna internet.

Kala itu belum ada Instagram. Facebook, Youtube, dan Twitter belum populer. Untuk berinteraksi dengan sesama pengguna internet yang memiliki ketertarikan yang sama, banyak orang menggunakan Yahoo! Groups, layanan mailing list (milis) yang juga berfungsi sebagai forum yang masih populer pada masa itu. Kaskus—yang berdiri pada tahun 1999—baru melakukan perubahan wajah dan dikelola secara serius pada tahun 2008.

Sepuluh tahun lalu, ponsel berbasis Android pertama baru mulai dijual. Begitu pula dengan ponsel berbasis iOS alias iPhone. Teknologi internet dan telekomunikasi belum secanggih sekarang, dan istilah aplikasi atau platform lebih banyak diasosiasikan dengan software berbasis web pada desktop. Singkat kata, untuk menjadi pintar dan mendapatkan pengetahuan baru melalui internet, orang banyak mengandalkan mesin pencari Google, Wikipedia, forum, dan blogwalking. Selain internet, di masa itu buku masih menjadi sumber informasi yang paling dipercaya untuk menambah pengetahuan baru.

——————————

Baca Juga:

——————————

Bandingkan dengan kondisi saat ini. Internet sebagai tempat penyimpanan informasi semakin gemuk, dan orang harus pintar memilah mana informasi yang baik, benar, dan bermanfaat; serta mana informasi yang merupakan hoax atau kebohongan.

Meski Google dan Wikipedia masih menjadi sumber informasi andalan, kebanyakan orang kini menjadikan media sosial sebagai sumber informasi yang utama. Orang membuka Facebook dan Twitter untuk membaca berita—bukan hanya berita tentang perkembangan dunia terkini, tapi juga update tentang kegiatan teman-teman dan kerabat.

Memiliki dua smartphone, Android ataupun iOS, kini sudah jadi hal biasa. Perkembangan dunia telekomunikasi, mobile, dan digital memudahkan kita mengakses dan berbagi informasi, menikmati hiburan, sekaligus melakukan pekerjaan lewat perangkat genggam. Karena jumlah pengguna smartphone di Indonesia lebih banyak ketimbang jumlah pengguna desktop, istilah aplikasi pun lebih lekat untuk software yang dibenamkan pada perangkat genggam.

Mencari ilmu dan pengetahuan baru menjadi lebih mudah, apalagi dengan tumbuhnya banyak layanan berbasis teknologi, termasuk startup, yang membuka akses pada pendidikan online serta menyediakan ruang bagi para pengajar untuk berkolaborasi. Hal ini tentunya menjadi solusi bagi orang-orang yang serius ingin belajar tentang berbagai hal, tapi terkendala oleh jarak dan waktu.

Ragam Platform

Di era digital, kolaborasi menjadi salah satu kunci untuk berkembang. Dalam dunia pendidikan, kolaborasi pun diperlukan. Misalnya kolaborasi antara institusi pendidikan, guru/pengajar dan para praktisi yang memiliki keahlian khusus, serta pemerintah dan dunia usaha. Bukan hanya membuka peluang kerja sama yang lebih luas, kolaborasi juga memungkinkan dunia pendidikan dan usaha (dengan model bisnis sosial) bergerak lebih cepat dalam menjangkau target yang lebih luas.

Kolaborasi ini antara lain sudah bisa dilihat dalam bentuk platform-platform pendidikan online yang menawarkan beragam training atau kursus, baik gratis maupun berbayar. Beberapa platform tersebut antara lain Coursera, edX, Udemy, Lynda, RuangGuru, dan IndonesiaX. Meski semua tersedia online, namun kolaborasi di zaman ini tidak terbatas dalam platform teknologi saja, melainkan juga bisa diwujudkan secara offline.

RuangGuru misalnya, menyediakan berbagai fitur belajar online yang menarik, seperti video belajar berlangganan, marketplace les privat, layanan bimbingan belajar berdasarkan pesanan, serta tryout ujian online. Layanan ini mempertemukan pelajar dengan guru. Target pelajar di RuangGuru adalah para siswa, mulai dari siswa TK/PAUD, SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa universitas, dan umum. Meski tersedia dalam platform online, pengguna juga bisa mencari guru berdasarkan kebutuhan dan lokasi, serta memesan les dengan guru pilihannya itu.

Salah satu fitur menarik yang tersedia di RuangGuru adalah RuangKelas. Fitur ini memungkinkan guru untuk mengundang murid-muridnya, memberika tugas dan soal-soal ujian kepada murid secara online, memonitor hasil tugas murid, serta mengevaluasi kemampuan murid untuk setiap mata pelajaran.

RuangKelas juga memungkinkan para guru untuk mengundang rekan-rekan sesama pengajar untuk bergabung, menciptakan dan berbagi konten belajar-mengajar dengan para guru di daerah lainnya.

Sementara itu, IndonesiaX menawarkan sesuatu yang sedikit berbeda dari RuangGuru. Platformn ini menawarkan beragam kursus online, yang disediakan oleh mitra-mitra pendidikan mereka, yaitu universitas, institusi, serta para praktisi di berbagai bidang.

Itu adalah beberapa contoh kolaborasi di dunia pendidikan, yang memungkinkan generasi ini mendapatkan akses ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

Terkait dengan pendidikan—karena anak-anak dan generasi muda merupakan prioritas untuk membangun masa depan yang lebih baik, dan perubahan (termasuk perkembangan teknologi) adalah hal yang perlu kita hadapi bersama. Oleh karena itu kolaborasi merupakan salah satu strategi untuk menghadapi perubahan dan membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Mengutip Helen Keller, “Alone we can do so little. Together we can do so much.”

Sumber: Info Komputer


Websis for Edu adalah konsultan untuk adopsi dan integrasi teknologi dalam pendidikan.

Dapatkan berita terkini, tips-tips praktis, serta fakta-fakta menarik seputar pendidikan dan teknologi dengan mengikuti channel Telegram @PendidikanAbad21 atau kunjungi websis.co.id jika Anda tertarik mengetahui program Smart Classroom lebih jauh.