Kehadiran teknologi di berbagai sektor ekonomi tak bisa dibendung. Bagi sebagian pelaku bisnis, teknologi mengusik kemapanan dan kenyamanan berusaha. Namun, bagi sebagian pelaku bisnis lainnya, teknologi justru memunculkan peluang baru. Konsumen pun dipermudah.

Jangan berpikir teknologi hanya bisa dimanfaatkan usaha nan canggih. Kedai teh Hangzhou Cha Cang Tea Factory di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, adalah salah satu usaha yang mengaplikasikan teknologi tersebut.

Kedai teh di sebuah bangunan mungil berlantai dua itu menjadi sebuah kedai pintar. Berbagai produk yang dipajang di rak dilengkapi sensor. Teknologi tersebut memudahkan pengunjung kedai memperoleh informasi lebih detail. Pada akhirnya, kemudahan yang membawa pengalaman baru itu memancing pengunjung untuk berbelanja.

Sejumlah jurnalis yang diundang Grup Alibaba pada April 2018, mencoba memindai kode produk teh di sebuah mesin yang dipasang kedai tersebut. Tak perlu waktu lama, pluk, bungkusan mungil teh jatuh di wadah.

“Contoh teh ini dapat dicoba untuk dicicipi di lantai 2. Melalui pengalaman seperti ini kami mencoba menggaet pembeli dari kalangan generasi muda yang akrab dengan gawai untuk berkunjung ke toko teh,” kata Jack, pengelola toko teh itu.

Alibaba, melalui strategi New Retail, mendefinisikan perdagangan dengan menggabungkan dunia dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Ada beberapa toko di China yang digerakkan melalui New Retail.

Salah satunya Wu Fang Zhai, restoran yang memungkinkan pelanggan memesan dan membayar melalui aplikasi mobil atau bergerak. Prinsip melayani sendiri atau swalayan juga berlaku sehingga pelanggan dapat mengambil dan menenteng pesanan secara mandiri tanpa menunggu dilayani pramusaji.

Di toko pintar semacam ini, konsumen berkerumun sambil asyik mengobrol. Beberapa di antara mereka mengetikkan jari-jemari di gawai masing-masing, memilih menu yang disukai. Kemudian, mereka mengambil sendiri pesanan tersebut di loker. Aktivitas itu mengalir…

Di toko ini tersedia juga ruangan dengan mesin penjualan otomatis yang aktif 24 jam sehari untuk melayani pelanggan. Pelanggan cukup memindai kode QR di pintu ruangan mesin penjualan menggunakan aplikasi. Konsumen bisa memilih dan membeli makanan dan minuman di mesin penjual otomatis.

——————————

Baca Juga:

——————————

Pembeli dapat menggunakan kode QR untuk melihat produk dengan teknologi virtual reality (Sumber: Alizila)

Teknologi juga diterapkan di toko Home Times Furniture di sebuah pusat perbelanjaan. Di toko itu, produk rumah tangga disertai label harga elektronik. Harga di label itu sama dengan harga yang dapat dilihat konsumen secara daring. Dengan demikian, karyawan toko tak perlu repot mengganti label harga jika harga suatu produk berubah.

Lagi-lagi, konsumen dimudahkan dengan teknologi. Untuk membeli produk yang dijual di toko itu, konsumen cukup memindai kode QR. Secara otomatis, konsumen bisa membayar transaksi itu menggunakan sistem pembayaran yang dikelola Alibaba, yakni Alipay.

Sumber: Alizila

Virtual

Yang tak kalah seru adalah pengalaman di Smart Ladies Room, yang memberikan sensasi tersendiri bagi para perempuan saat membeli atau mencoba produk kosmetika. Tak perlu lagi menyapukan kosmetika itu secara langsung di wajah. Cukup menyentuh tombol, maka layar digital akan menghadirkan produk tersebut secara virtual.

Ruangan itu dilengkapi dengan layar digital. Pengunjung bisa menatap refleksi tampilan wajahnya di cermin, sesuai produk yang diaplikasikan melalui teknologi. Misalnya, pemulas bibir, bedak, atau pensil alis.

Teknologi dan data tak melulu tampil rumit. Saat diaplikasikan, dua hal itu memberi kemudahan dan keluwesan berbelanja bagi penggunanya. Teknologi pun tak anti dengan kegiatan sederhana. Aktivitas yang dilakukan secara daring dikolaborasikan dengan kegiatan luring.

Di Hema, pembeli dapat melakukan transaksi di mesin yang dilengkapi fitur pengenal wajah (Sumber: Business Insider)

Di Hema, misalnya, yang sekilas tak ubahnya seperti swalayan di pusat perbelanjaan biasa. Namun, ada hal-hal detail yang canggih di Hema. Misalnya, barang yang dipilih konsumen diantarkan melalui jalur rantai berjalan yang membentang di bawah plafon toko. Tak perlu khawatir kejatuhan barang, karena jalur itu dilindungi jaring pengaman.

Bagi pengunjung, penerapan teknologi ini memberi kepraktisan karena mereka tak perlu menenteng-nenteng barang belanjaan saat berkeliling swalayan itu. Bagi konsumen yang enggan meninggalkan rumah, ada pilihan untuk memesan produk dari Hema secara daring. Tentu saja, pemesanan cukup dilakukan menggunakan telepon pintar.

Untuk menyelesaikan transaksi pembayaran, lagi-lagi, diawali dengan memindai kode QR. Selanjutnya, transaksi pembayaran dituntaskan menggunakan pembayaran elektronik Alipay.

Mesin akan memindai wajah pembeli dan otomatis menghubungkan dengan akun Alipay, sistem pembayaran mobile milik Alibaba (Sumber: Business Insider)

Kemudahan bagi konsumen masih berlanjut. Konsumen bisa meminta barang belanjaannya diantar ke rumah. Meskipun, ada batas jarak maksimal yang ditetapkan demi kecepatan dan ketepatan layanan pengantaran.

Teknologi membuka banyak kemungkinan bisnis di masa sekarang dan masa depan. Teknologi juga yang membuat aktivitas ekonomi kian menggeliat. Teknologi itu pula yang memudahkan konsumen dan menjaga konsumen tetap setia.

Sumber: Kompas


Websis for Edu adalah konsultan untuk adopsi dan integrasi teknologi dalam pendidikan.

Dapatkan berita terkini, tips-tips praktis, serta fakta-fakta menarik seputar pendidikan dan teknologi dengan mengikuti channel Telegram @PendidikanAbad21 atau kunjungi websis.co.id jika Anda tertarik mengetahui program Smart Classroom lebih jauh.